Wah celaka. Berawal dari diskusi yang saya hadiri beberapa waktu silam, plus dengan beberapa artikel penguat, ternyata polusi asap kendaraan bermotor bisa menyebabkan penyakit mental. Orang yang terkena polusi asap knalpot akan menjadi agresif dan mudah gelisah. Temuan ini mungkin agak sedikit lebae, tapi memang sudah realitanya seperti itu.
Sikap agresif memicu banyak terjadinya tindak kekerasan. Ditambah tingkat stres yang menjadi pemicu, akibatnya bukan hanya kesehatan mental yang akan terganggu, namun juga kondisi sosial. Dunia medis dan banyak orang bijak lainnya menugungkapkan, banyak penyakit muncul dari pikiran. Ternyata gejolak stres bukan hanya karena gejolak ekonomi, politik maupun sosial yang runyam. Tapi dipicu juga oleh terlalu banyak menghirup asap kendaraan.
Diantara zat yang membahayakan itu adalah karbon monoksida (CO), timbal (Pb), NO dan ozon (03). Karbon monoksida misalnya, zai ini mempunyai daya ikat yang kuat terhadap hemoglobin. Sehingga kadar oksigen tang terikat dalam darah menjadi minim. Jika oksigen kurang dalam darah, maka secara otomatis seseorang akan merasakan sesak napas dan pusing-pusing. Jadi jangan heran kalau masyarakat ibu kota terkenal dengan tingkat stres yang sangat tinggi.
Pertanyaannya, untuk meminimalisir asap/polusi kendaraan yang meraja lela (aduhh..), bagaimana mungkin kita bisa menghentikan pertambahan jumlah kendaraan pribadi di tengah buruknya fasilitas transportasi umum?
Dari sekian penyebab terjadinya polusi udara, ada hal lain yang cukup mencemaskan. Diantaranya jumlah produksi dan pemakaian kendaraan pribadi yang terus meningkat. Diyakini juga, bahwa racun asap dari kendaraan tidak hanya berasal dari tabung knalpot kendaraan umum, tap juga kendaraan pribadi. Usut punyab usut, keberalihan masyarakat menggunakan kendaraan pribadi adalah karena buruknya fasilitas dan kondisi angkutan umum. Apalgi belakangan sering terjadi tindak kekerasan seksual di angkutan umum.
Padahal jika diperhatikan, mobilitas masyarakat di kota-kota besar sangat tinggi. Sepertinya ada yang sengaja membiarkan kondisi ini terjadi, sehingga masyarakat tidak punya pilihan. Kalau mau transportasi nyaman, ya harus beli kendaraan pribadi. Mungkin terdengar berlebihan. Namun bila dilihat faktanya, perusahaan otomotif yang seratus persen milik perusahaan multinasional, jelas yang paling punya kepentingan. Akibatnya, sumbangan asap kendaraan terus meningkat.
Tapi apakah mungkin pemerintah kita tega meracuni rakyatnya demi kepentingan dagang pihak asing? Apalagi pejabat-pejabat pemerintah di Negara kita termasuk dari bagian konsumerisme mobil-mobil mewah. Entahlah..
kalo asap rokok bisa bikin stress ga boss?
BalasHapushehehehe
oya salam kenal
jgn lupa tambahkan link sya ke blogroll yah...