Sekarang aku tak kosong lagi. Aku telah mempunyai beberapa wadah yang bisa ku isi. Ku coba menyibukkan diri dengan itu, suatu kesibukan yang menurutku idealis. Aku suka hal yang berbau idealis. Menurutku ketika seseorang sudah tidak mempunyai apa –apa lagi, ketika seseorang terpojok dengan seribu ancaman, orang itu masih mempunyai sesuatu yang berharga dalam dirinya. Idealis adalah harta satu-satunya yang masih tersisa.
Di sela kesibukan itu, aku teringat dengan buku sapujagat yang ku sisipkan di dalam tas koper. Ketika masih di jogja, aku memang sudah berniat membawa buku itu pulang. Isinya dapat ku jadikan sebuah peta yang dapat membimbingku menuju pencarianku.
Aku masih ingat, ada sebuah tulisan memo kecil pra riset masyarakat muslim Tionghua. Aku yang menuliskan karangka berfikirnya. Bagi ku pembicaraan mengenai masyarakat Tionghua tentu sangat menarik. Apalagi dikaji dari kacamata hokum Islam mengenai kendala mereka dalam menjalankan hokum dan agama di lingkungan atau masyarakat, yang boleh dibilang tidak familiar dengan mereka. Aku tau mereka pasti munya masalah.
Bagi ku, Muslim Tionghua boleh dikatakan masyarakat yang berada pada posisi marginal oleh lingkungan setempat. Tidak hanya dalam kontek social saja, pada kontek ekonomi pun sebenarnya mereka sepertinya itu, merasa terasing dalam sebuah lingkaran yang entah mereka ciptakan sendiri atau bukan. Padahal sebenarnya kita sama, satu, dan tak berbeda.
Ketertarikan ku untuk melihat masyarakat yang termarginalkan, menambah semangat ku untuk terjun demi sebuah data. Ini adalah riset untuk masa depan. Riset untuk dunia pendidikan. Bukan tugas, melainkan kewajiban idealisku. Aku butuh banyak informasi dan beberapa data, sebagai respon awal untuk bisa melihat lebih jauh. Sama halnya ketika aku berhadapan pada beberapa studi tentang perempuan yang juga termarginalkan, atau perdagangan orang yang lebih mengkhawatirkan. Itu semua butuh data. Data yang sangat akurat, yang hanya bisa ku dapatkan dari alunan lidah mereka. Tapi kapan akan ku temukan?
Sampai saat ini aku masih mencari. Telah ku dapatkan banyak informasi dari beberapa sumber. Tidak hanya dari person to person, birokrasi setempat juga banyak membantu. Walaupun dalam beberapa waktu, aku sempat dituduh sebagai agen yang dapat merusak kedamaian di antara mereka. Mereka salah, justru aku datang bermaksud untuk menawarkan kesejahteraan, bukan perpecahan. Rupanya, batu besar mulai menndatangiku, jalanku tidak licin lagi. Masih akan banyak lagi jalan terjal lain yang akan menjadi tantangan bagiku. Aku tunggu itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar