Minggu, 20 Januari 2008

Budaya Adat Minangkabau

A. Sejarah Minangkabau

Minangkabau merupakan gabungan dua perkataan, minang yang bermaksud "menang" dan kabau untuk "kerbau". Menurut lagenda, nama ini diperolehi daripada peristiwa perselisihan di antara kerajaan Minangkabau dengan seorang putera dari Jawa yang meminta pengakuan kekuasaan di Melayu. Untuk mengelakkan diri mereka daripada berperang, rakyat Minangkabau mencadangkan pertandingan adu kerbau di antara kedua pihak. Putera tersebut setuju dan menonjolkan seekor kerbau yang besar dan ganas. Rakyat setempat pula hanya menonjolkan seekor anak kerbau yang lapar tetapi dengan tanduk yang telah ditajamkan. Semasa peraduan, si anak kerbau yang kelaparan dengan tidak sengaja merodok tanduknya di perut kerbau yang ganas itu kerana ingin mencari puting susu untuk meghilangkan kelaparannya. Kerbau yang ganas itu mati dan rakyat tempatan berjaya menyelesaikan pergelutan tanah itu dengan cara yang aman.

B. Pengertian tentang adat minangkabau

Adat adalah Norma-norma yang mengatur tata nilai dan struktur masyarakat yang membedakan secara tajam antara manusia dengan hewani dalam tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari. Dimana pepatah-petitih, mamang, bidal, pantun dan gurindam ada yang kalimat-kalimatnya mengandung pengertian kiasan (Indirect). maka nenek-moyang orang Minangkabau menciptakan Adat-Istiadat sebelum agama Islam masuk ke Minangkabau dipenghujung Abad ke-14.

C. Sumber dasar ajaran minangkabau

Agama Islam sebagai agama Samawi sumbernya adalah dari kitab Suci Al'Quranul Karim yang diwahyukan-Nya melalui Jibril AS kepada Rasulullah Muhammad SAW. dan dari Hadist Rasulullah SAW. Setelah agama Islam masuk ke Minangkabau dan menjadi panutan masyarakat, ternyata ajaran Islam banyak mempunyai persamaan dengan Ajaran Adat Minangkabau, kecuali tentang Aqidah dan Syari'at. Dalam waktu yang tidak begitu lama Islam diterima oleh Adat Minangkabau tanpa menimbulkan benturan yang berarti, lahirlah Pepatah Adat sebagai Filsafat hidup masyarakatnya : "Adat basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah" Artinya : " Adat Minangkabau disempurnakan, diperkokoh oleh ajaran Islam, seperti kokoh rumah karena sandinya".

D. Nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran adat minangkabau

Menurut bahasa Adat adalah : raso, pareso, malu, sopan. kehilangan yang empat macam ini dalam diri pribadi seseorang disebut seorang yang tidak tau di AMPEK. Seperti dari seseorang sudah hilang "raso jo Pareso, habis malu jo sopan". Orang yang demikian adalah hewan yang berbentuk manusia (sama dengan hewan) karena tingkah lakunya telah menyerupai tingkah laku hewan dalam pergaulan antar sesama. (1) Raso : adalah yang terasa pada diri. (2) Pareso : adalah nan tertanggung bagi hati. (3) Malu : adalah tanggungan hati. (4) Sopan : adalah perilaku seseorang yang terbina karena raso, pareso, dan malu. Hilang yang empat macam ini hilanglah segala-galanya. Keempat macam yang tersebut diatas adalah manifestasi dari budi pekerti yang baik dari seseorang. Jadi nilai-nilai ajaran adat adalah : budi pekerti yang baik dan mempunyai rasa malu didalam diri.

E. Budaya Minangkabau

Masyarakat Minangkabau merupakan masyarakat matrilineal yang terbesar di dunia, Kebudayaan mereka adalah bersifat keibuan dengan harta dan tanah diwariskan dari ibu kepada anak perempuan, di mana harta pusaka diwaris menerusi nasab sebelah ibu. Beberapa ahli fikir berpendapat bahawa adat inilah yang menyebabkan ramai kaum lelaki Minangkabau untuk merantau di serata Nusantara untuk mencari ilmu atau mencari kemewahan dengan berdagang. Kanak-kanak lelaki semuda 7 tahun selalunya akan meninggalkan rumah mereka untuk tinggal di surau di mana merka diajarkan ilmu agama dan adat Minangkabau. Apabila remaja pula, mereka digalakkan untuk meninggalkan perkampungan mereka untuk menimba ilmu di sekolah atau menimba pengalaman daripada luar kampung dengan harapan yang mereka akan pulang sebagai seorang dewasa yang lebih matang dan bertanggungjawab kepada keluarga dan nagari (kampung halaman).Masyarakat Minang, terbagi kepada beberapa buah suku, iaitu, Suku Piliang, Bodi Caniago, Tanjuang, Koto, Sikumbang, Malayu dan Jambak. Kadang-kadang juga, keluarga yang sesuku tinggal dalam satu rumah besar yang dipanggil Rumah Gadang. Salah satu aspek terkenal mengenai orang Minang adalah makanan tradisional mereka. Selain itu ada pula faham di minangkabau yang serupa dengan tuntunan ajaran Islam seperti:
1. Fahaman Islam: Menimba ilmu adalah wajib.
2. Fahaman Minangkabau: Kanak-kanak lelaki mesti meninggalkan rumah mereka untuk tinggal dan belajar dengan gurunya.
3. Fahaman Islam: Mengembara adalah digalakkan untuk mempelajari dari tamadun-tamadun yang kekal dan binasa untuk meningkatkan iman kepada Allah.
4. Fahaman Minangkabau: Remaja mesti meninggalkan kampung halaman untuk menimba ilmu dan bertemu dengan orang dari berbagai tempat untuk mencapai kebijaksanaan.
5. Fahaman Islam: Tiada wanita yang boleh dipaksa untuk menikah dengan lelaki yang dia tidak nau menikah.
6. Fahaman Minangkabau: Wanita menentukan dengan siapa yang mereka ingin menikah.
7. Fahaman Islam: Ibu berhak dihormati 3 kali lebih dari bapa.
8. Fahaman Minangkabau: Ibu adalah manusia yang terpenting untuk seseorang.Peran Ibu atau Wanita dalam minangkabau seperti Bundo Kanduang, yaitu institusi perempuan yang sangat penting dalam budaya Minangkabau. Bundo Kanduang merupakan tokoh yang berasal dari dunia mitos. Bundo Kanduang digambarkan sebagai perempuan yang bijaksana. etnis Minangkabau tidak hanya menganut sistem kekerabatan matrilineal, tetapi juga matriarkat yang berarti kekuasaan berada pada perempuan. Posisi perempuan Minangkabau dinilai "superior", lebih berkuasa dibandingkan dengan perempuan dari suku lainnya di Indonesia. Karena itu, isu-isu kesetaraan dan keadilan jender dianggap tidak relevan dibicarakan di Minangkabau. Tidak ada subordinasi perempuan di Sumatera Barat. Jadi corak Islam begitu mendalam dalam adat Minang sehingga mereka yang tidak mengamalkan Islam dianggap telah terkeluar dari masyarakat Minang.

F. Falsafah Adat Minangkabau

Falsafah adat Minangkabau adalah "adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangato adaik memakai alam takambang jadi guru". (adat bersendi syariat, syariat bersendi Al-quran, syariat berkata adat memakai, alam terbentang menjadi guru). Dijelaskan oleh Hamka dengan interpretasi sebagai perikut;1. Syarak mangato(berkata) adat memakai". Kata-kata syarak diambil dari Al-quran sunah dan fiqih, akhirnya dipakai dalam adat.2. Syarak bertelanjang-adat bersamping." maknanya syarak terang dan tegas, sedangkan adat diatur berdasarkan prosedur yang benar berdasarkan membaca yang tersurat, tersirat dan tersuruk, selanjutnya juga mempertimbangkan sesuatu itu dengan seksama dan bijaksana.3. Adat yang kawi, syarak yang lazim." Artinya adat tidak akan berdiri kalau tidak dikawikan atau dikuatkan . "Kawi" berasal dari bahasa Arab "qawyyun" berarti kuat. Syarak tidak akan berjalan kalau tidak dilazimkan atau diwajibkan. Lazim artinya biasa, namun lebih aktif dari wajib. Wajib artinya berdosa kalau ditinggalkan. Lazim artinya berpahala atau dikerjakan. "Zim" dikenakan sanksi siapa yang tidak mengerjakannya. Dengan "adat yang kawi-syarak nan lazim" inilah Minangkabau ditegakkan dengan aman dan tertib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar