Tindakan
operasi lutut saya baru dilakukan pada hari Kamis tanggal 25 Juni 2015 di RS.
M.Jamil Padang. Operasi dilakukan dibawah kendali dr.Rizki Sp.Ot dan residennya
dr.Yonzi. Seingat saya, operasi berlansung cukup lama dan banyak memakan waktu.
Dari perkiraan awal, operasi dijadwalkan hanya berlansung selama 2 (dua) jam
saja. Konkritnya, saya memasuki ruang operasi pukul 08.30 WIB dan baru bisa meninggalkan
ruang operasi pada pukul 12.30 WIB. Seusai operasi saya didorong dengan kasur
rawat menuju ruang inap Ambun Pagi.
Dalam
keadaan setengah sadar, saya masih bisa melihat dan berkomunikasi sejara
normal. Tapi masih berasa melayang. Seingat saya, dokter bius di ruang operasi
tidak membius badan saya secara total, cuma bagian kaki ke bawah katanya. Tapi
tetap saja efek biusnya saya rasakan total di seluruh badan. Sebelum dibius di
atas meja operasi, saya masih sempat ngobrol dan ketawa cekikikan dengan
sejumlah dokter dan residen disana. Ceritanya ngalor-ngidul. Dari persoalan
ksehatan hingga ke wilayah privasi. Semuanya dibahas dalam konsep komedi
singkat. Setelah saya pikir-pikir, itu hanya trik dokter bius itu saja, agar
tubuh saya menjadi lebih rileks sebelum dioperasi.
Setelah
beberapa suntikan menghujan di beberapa titik badan saya, terutama bagian
punggung, lambat laun saya merasa tenang dan hilang. Tidak ada lagi suara yang
bisa saya dengarkan. Tidak ada lagi rasa nyeri akibat tusukan jarum suntik.
Semuanya terasa tenang lalu terdiam.
Hebatnya
ditengah operasi masih berlansung, tiba-tiba saya terbangun. Mata saya dihujani
cahaya yang memantul dari arah lampu ruang operasi. Beberapa saat kemudian saya
sadar bahwa saya masih di ruang operasi dan proses operasi masih berlansung.
Tapi jangan salah paham dulu, meskipun saya terbangun dan sadar 40%, tetap saja
saya tidak merasakan apapun selalin sialu dan rasa dingin. Saya hanya bisa
menggerakkan tangan dan badan bagian atas saja. Selebihnya saya rasa masih
dalam efek bius.
Lebih
hebatnya lagi, selama saya tersadar, saya sempat liat bagaimana proses operasi
berlansung. Tapi bukan secara lansung. Saya lihat melalui kamera yang dipasang
di sisi sebelah kiri saya. Layarnya sebesar 14inc. Saya juga kurang mengerti
apa maksud dari tayangan yang ditampilkan di layar sebelah saya. Tayangannya
bukan sosok dokter yang sedang mengoperasi, bukan. Itu tayangan yang
menunjukkan proses kerja alat yang dimasukkan ke dalam lutut saya. Semisal
teropong. Jadi teropong itu memnatau seluruh proses kerja operasi. Pokoknya
gitu deh. Dibayangin aja sendiri. Ga sakit kok.
Hal yang tak
kalah penting disini adalah mencukur bulu kaki. Dicukur aja sampai licin.
Terutama sebatang kaki yang mengalami cidera. Kalau saya sih, mending dicukur
dua batang kaki sekaligus. Biar ga aneh. Kalau dicukur sebatang kaki, yang
satunya polos dan tapi yang satunya berbulu. Wahh.. ga oke banget. Itu
tujuannya biar steril kata dokternya. Biar tidak ada bulu-bulu kaki yang
melekat atau mengganggu saat operasi berlansung. Makanya harus dicukur licin.
Dan mencukur yang seperti ini baru pertama saya lakukan seumur hidup lho.
Bayangin aja, dua batang kaki dicukur licin semua. Saya menghabiskan waktu hampir
2 jam untuk mencukur saja, belum mandinya setelah itu. Kalau saran saya, selain
cukur rata bagian kaki, bulu kemaluan Mr.P atau Ms.V sekalian dicukur aja.
Terserah mau licin atau ga licin. Yang penting dirapiin aja. Biar terliaht
ganteng atau cantik. Asal tau aja, bagian itu nanti akan mendapat sentuhan dan
dilihat lansung oleh dokter saat operasi dan perawat setelah operasi. Tujuannya
untuk melancarkan buang air kecil melalui selang kecil yang disalurkan ke
tempat pembuangan yang sudah disiapkan. Jadi daripada ga enak dilihat, mending
dirapiin aja, bersambung.. (..)