Bagi mereka
yang tidak begitu mengenal saya, saya biasanya dipanggil Fadhli. Sedangkan bagi
mereka yang kenal baik dengan saya secara personal, saya lebih dikenal dengan
sebutan Bul (27th). Belakangan, atau tepatnya sejak beberapa tahun lalu,
saya memiliki persoalan dengan kekuatan dan stabilitas lutut. Sejumlah keluhan
selalu terasa pada bagian lutut yang kemudian membuat saya berinisiatif untuk
melaporkan keluhan ini secara medis ke Rumah Sakit.
Saat ini
saya masih berdomisili di Bukittinggi, Jam Gadang adalah maskot kebanggaan
sekaligus symbol sejarah tempat tinggal saya. Namun dalam tulisan ini saya
tidak akan membahas Jam Gadang secara panjang lebar. Cukup sebagai pengantar
bahwa dengan keberadaan Jam Gadang, Bukittinggi dikenal sebagai Kota Wisata.
Bukan hanya
Jam Gadang yang membuat Bukittinggi dikenal baik secara nasional. Fasilitas
kesehatan miliki pemerintah maupun swasta juga tidak kalah memadai. Buktinya, Rumah
Sakit Stroke berskala Nasional (RSSN) dibangun di Kota saya sebagai
satu-satunya rujukan bagi pasien yang mengalami Stroke untuk wilayah Sumatera.
Dalam
keluhan lutut saya, tentunya saya tidak dirujuk ke RSSN Bukittinggi. Setelah
mengurus rujukan dari Puskesmas setempat, Dokter Puskesmas merujuk saya untuk segera
melapor ke Rumah Sakit Ahmad Mochtar Bukittinggi. Ini adalah RS miliki
pemerintah yang sangat ramai dikunjungi masyarakat lokal maupun luar daerah.
Sebagai
peserta BPJS kelas.1, saya mendaftarkan berkas sebagai pasien untuk poli Bedah
atau Orthopedi. Di Poli Orthoedi, saya didampingi oleh dr.Eri. Belakangan saya
tau bahwa dr.Eri adalah dokter bedah senior dan memiliki banyak pasien di RS
lain di Bukittinggi. Hanya saja, dalam kasus lutut saya, tidak banyak
penjelasan yang diberikan dokter kepada saya. Dokter tersebut hanya bilang
kalau keluhan saya ini belum dapat diatasi oleh pihak RS. Ahmad Mochtar. Oleh
karena itu, siang itu juga saya diberi rujukan untuk sesegera mungkin menemui
dr.Rizki, Sp. Ot di RS. M. Jamil Padang.
Bukittinggi-Padang
saya taksir berjarak 70km lebih kurang. Untuk jarak segitu biasanya membutuhkan
waktu selama 2jam dengan kecepatan 70-80km/jam. Pelan-pelan aja, yang penting
sampai tujuan.
Motor saya mendarat
di RS. M. Jamil Padang tepat pada pukul 10.00 WIB. Siapa yang sangka, antrian
untuk pasien BPJS membludak. Rame banget. Lebih dari 500 kartu antrian ludes.
Setelah saya Tanya-tanya, rupanya di RS ini kalau datangnya kesiangan memang
gitu, apalagi kalau pakai BPJS. Gapapa deh, dinikmati aja. Ngantri panjang juga
sekali-kali ini.
Dengan waktu
tunggu selama 3jam, akhirnya nama saya dipanggil. Selepas pengurusan
administrasi, saya lansung menuju poli Orthopedi. Beruntung banget, nama saya
lansung dipanggil dan masuk ke ruangan dr.Rizki, yang sebelumnya sudah
dipanggil juga ke ruangan dokter resident. Itu lho, dokter-dokter muda yang
lagi pendidikan spesialis di RS, jadinya disebut resident.
Di ruangan
dr.Rizki saya disuruh lepas sepatu dan menaiki kasur periksa. Saat itu saya
menggunakan celana panjang, jadi harus dilipat sampe paha. Agak malu
sebenarnya. Bukan malu sama dr.Rizkinya, tapi malu sama mahasiswi koas yang
banyak banget liatain saya. Semuanya perempuan. Saya taksir umurnya 21-23th.
Cuma beberapa tahun lebih muda dibawah saya, haduhhhh.. Setelah celana saya
terlipat sampai atas lutut, dr.Rizki mencoba menggoyangkan lutut saya ke kanan dan
ke kiri secara berulang-ulang. Hampir 1menit ada kayaknya. Saya ga tau
dokternya ngerasain apaan. Dokternya Cuma bilang, ini sakit ga? Kalau ini?
Ngilu ga? Begitu terus selama 1 menit dan selesai. Lalu saya dibolehkan turun
dari kasur dan duduk di bangku pasien seperti semula. Setelah nyoret-nyoret di
catatan rekam medis saya, lalu dr.Rizki nanya lagi, Ini awalnya gimana? Pernah
jatuh? Keluhannya gimana? Tanpa basa-basi lalu saya ceritakan seperti ini;
Kejadian ini
terjadi saat saya berusia 22th. Tepatnya 5 (lima) tahun lalu pada tahun 2010 saat
saya masih aktif kuliah Pasca Sarjana di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saya
jatuh saat bermain Basket. Posisi saya sebagai center saat itu tidak memungkinkan
untuk berpijak dengan baik setelah merebut bola di udara. Posisi
mendarat/berpijak yang salah, hingga memutar kedua kaki saya, menyebabkan saya
tumbang pada saat itu juga. Spontan saja, teman-teman mengangkat dan meluruskan
kaki saya ke atas sebagai bentuk pertolongan pertama saat kecelakaan di
lapangan.
Seingat
saya, dulu, saya tidak pernah jatuh saat bermain, bahkan saat melayang ke udara pun Alhamdulillah
lancer-lancar aja. Dan yang harus saya akui adalah, cidera tersebut adalah
akibat kesalahan saya sendiri yang terlalu bernafsu hingga mengenyampingkan
pemanasan sebelum bermain. Saya bermain basket sejak saya masih duduk di bangku
SMP. Baru pada tingkat SMU saya memiliki beberapa prestasi melalui kejuaran
pertandingan basket antar sekolah, baik dalam daerah maupunluar daerah. Hingga
saat kuliahpun, sore hari selepas kuliah biasanya saya menghabiskan waktu sore
untuk main atau setidaknya nongkrong di lapangan. Aktivitas tersebut baru
berakhir ketika saya mulai skripsi di awal tahun 2010. Saat itu berat saya
44kg. Kurus banget. Tinggi 168cm. Hingga saya wisuda pada agustus 2010, saya
tidak lagi ke lapangan. Alasan bekerja dan sejenisnya mebuat saya sibuk untuk
tidak lagi main di lapangan. Hanya saja, pada satu waktu saya berpikir untuk
datang dan kembali bermain di lapangan. Saat itu berat saya sudah 68Kg.
Perkiraan tinggi 170cm. Hampir ideal nih.
Dengan
kondisi fisik yang tidak seharusnya bermain basket seperti biasa, disebabkan
berat badan bertambah dan sudah fakum total sekian bulan plus tanpa pemanasan,
membuat saya jatuh dan cidera pada menit-menit pertama. Satu kali nyerang dan
satu kali bertahan, tumbang.
Berdasarkan
keterangan saya di atas, singkatnya dr.Rizki mengklaim bahwa saya mengalami
cidera lutut yang disebut
Anterior Cruciate Ligament atau
ACL
LIGAMENT. Kata dokter ACL Ligament merupakan cidera yang paling sering
dialami oleh olahragawan atau atlet pada umumnya. Cidera ini menyebabkan
tersobeknya urat/tulang rawan yang berfungsi sebagai penyeimbang pada
persendian diantara otot lutut. Akibat cidera ini, lutut saya sering terasa
seperti lepas disebabkan salah pijakan, melompat, berlari, kaki terlalu lelah
karena bekerja seharian, mengangkat beban berat yang tumpuannya pada lutut yang
cidera dan masih banyak lagi. Dengan adanya keluhan-keluhan tersebut,
menyebabkan saya merasa terbatas untuk melakukan kegiatan dan aktivitas
sehari-hari. Sebagai solusinya, dr.Rizki menyarankan saya untuk segera
melakukan operasi,
bersambung.. (..)
klik disini