Minggu, 28 Juni 2015

Hari H operasi ACL Ligament (4)

Tindakan operasi lutut saya baru dilakukan pada hari Kamis tanggal 25 Juni 2015 di RS. M.Jamil Padang. Operasi dilakukan dibawah kendali dr.Rizki Sp.Ot dan residennya dr.Yonzi. Seingat saya, operasi berlansung cukup lama dan banyak memakan waktu. Dari perkiraan awal, operasi dijadwalkan hanya berlansung selama 2 (dua) jam saja. Konkritnya, saya memasuki ruang operasi pukul 08.30 WIB dan baru bisa meninggalkan ruang operasi pada pukul 12.30 WIB. Seusai operasi saya didorong dengan kasur rawat menuju ruang inap Ambun Pagi.

Dalam keadaan setengah sadar, saya masih bisa melihat dan berkomunikasi sejara normal. Tapi masih berasa melayang. Seingat saya, dokter bius di ruang operasi tidak membius badan saya secara total, cuma bagian kaki ke bawah katanya. Tapi tetap saja efek biusnya saya rasakan total di seluruh badan. Sebelum dibius di atas meja operasi, saya masih sempat ngobrol dan ketawa cekikikan dengan sejumlah dokter dan residen disana. Ceritanya ngalor-ngidul. Dari persoalan ksehatan hingga ke wilayah privasi. Semuanya dibahas dalam konsep komedi singkat. Setelah saya pikir-pikir, itu hanya trik dokter bius itu saja, agar tubuh saya menjadi lebih rileks sebelum dioperasi.

Setelah beberapa suntikan menghujan di beberapa titik badan saya, terutama bagian punggung, lambat laun saya merasa tenang dan hilang. Tidak ada lagi suara yang bisa saya dengarkan. Tidak ada lagi rasa nyeri akibat tusukan jarum suntik. Semuanya terasa tenang lalu terdiam.

Hebatnya ditengah operasi masih berlansung, tiba-tiba saya terbangun. Mata saya dihujani cahaya yang memantul dari arah lampu ruang operasi. Beberapa saat kemudian saya sadar bahwa saya masih di ruang operasi dan proses operasi masih berlansung. Tapi jangan salah paham dulu, meskipun saya terbangun dan sadar 40%, tetap saja saya tidak merasakan apapun selalin sialu dan rasa dingin. Saya hanya bisa menggerakkan tangan dan badan bagian atas saja. Selebihnya saya rasa masih dalam efek bius.


Lebih hebatnya lagi, selama saya tersadar, saya sempat liat bagaimana proses operasi berlansung. Tapi bukan secara lansung. Saya lihat melalui kamera yang dipasang di sisi sebelah kiri saya. Layarnya sebesar 14inc. Saya juga kurang mengerti apa maksud dari tayangan yang ditampilkan di layar sebelah saya. Tayangannya bukan sosok dokter yang sedang mengoperasi, bukan. Itu tayangan yang menunjukkan proses kerja alat yang dimasukkan ke dalam lutut saya. Semisal teropong. Jadi teropong itu memnatau seluruh proses kerja operasi. Pokoknya gitu deh. Dibayangin aja sendiri. Ga sakit kok.

Hal yang tak kalah penting disini adalah mencukur bulu kaki. Dicukur aja sampai licin. Terutama sebatang kaki yang mengalami cidera. Kalau saya sih, mending dicukur dua batang kaki sekaligus. Biar ga aneh. Kalau dicukur sebatang kaki, yang satunya polos dan tapi yang satunya berbulu. Wahh.. ga oke banget. Itu tujuannya biar steril kata dokternya. Biar tidak ada bulu-bulu kaki yang melekat atau mengganggu saat operasi berlansung. Makanya harus dicukur licin. Dan mencukur yang seperti ini baru pertama saya lakukan seumur hidup lho. Bayangin aja, dua batang kaki dicukur licin semua. Saya menghabiskan waktu hampir 2 jam untuk mencukur saja, belum mandinya setelah itu. Kalau saran saya, selain cukur rata bagian kaki, bulu kemaluan Mr.P atau Ms.V sekalian dicukur aja. Terserah mau licin atau ga licin. Yang penting dirapiin aja. Biar terliaht ganteng atau cantik. Asal tau aja, bagian itu nanti akan mendapat sentuhan dan dilihat lansung oleh dokter saat operasi dan perawat setelah operasi. Tujuannya untuk melancarkan buang air kecil melalui selang kecil yang disalurkan ke tempat pembuangan yang sudah disiapkan. Jadi daripada ga enak dilihat, mending dirapiin aja, bersambung.. (..)

Senin, 08 Juni 2015

Persiapan sebelum operasi ACL Ligament (3)

Setelah mendengarkan keterangan dari dokter di poli, kemudian saya memutuskan untuk menerima tawaran operasi pemulihan. Menurut saya, pilihan untuk menjalani operasi adalah solusi yang baik untuk kesehatan. Sebab tindakan operasi akan sangat berpengaruh pada saat lanjut usia nanti. Menurut keterangan dokter, tidak ada paksaan bagi pasien untuk melakukan operasi. Pasien boleh saja dengan bebas untuk memilih tindakan operasi atau tidak.

Pada usia muda, dengan adanya cidera ACL lutut ini, tidak akan memberikan dampak yang signifikan bagi kesehatan dan mobile pasien. Beda halnya di usia lanjut nanti, cidera yang dirasakan tentu akan tambah berisiko apabila tidak ditanggualngi dari awal. Nah, mumpung usia saya masih di bawah 30th, proses penyembuhan tentu akan berjalan maksimal disbanding penyembuhan yang dilakukan pada usia tua.

Sesegera mungkin saya pulang dan membicarakan dengan keluarga di rumah. Disebabkan untuk alasan kesehatan, operasi sudah semestinya dilakukan. Tanpa pikir panjang lagi saya mengkonfirmasi saran dr.Rizki dan kemudian saya di daftarkan sebagai pasien calon operasi.

Rupanya, proses operasi ACL berbeda dengan proses operasi kebanyakan. Dalam kasus saya, operasi tidak dapat lansung dilakukan, atau operasi tidak dapat dilakukan dalam waktu sesegera mungkin pasca klaim dokter kepada pasien. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi pasien terlebih dahulu, diantaranya adalah;

Memenuhi kebijakan administrasi RS
Sama seperti operasi kebanyakan, ada tahapan administrasi yang semuanya harus saya urus terlebih dahulu. Satu dari sekian tahapan yang paling penting adalah menyiapkan MRI dari radiologi. Secara medis, saya tidak begitu paham pemaknaan MRI secara definitif. Saya dapat menggambarkan MRI merupakan tindakan untuk melakukan scaning pada bagian tubuh yang diperlukan. Cara kerjanya hampir mirip rontgen atau ronsen di RS. Tapi bentuk alatnya jauh berbeda, mirip tabung besar yang bisa menampung satu badan orang dewasa.

Selama proses scanning berlansung, saya disuruh tidur selama 2 (dua) jam tanpa menggunakan pakaian. Dalam keadaan seperti itu, suhu ruangan akan terasa dingin banget, mungkin dibawah 20 derjat celcius. Tapi jangan khawatir, ada pakaian khususnya kok, nanti pasti dikasih sama petugas.

Hanya saja, hasil scan pada MRI lebih spesifik. Tidak hanya fokus pada penampakan gambar tulang seperti pada ronsen, namun MRI lebih mendetail memperlihatkan seluruh elemen yang ada pada jaringan tulang hingga urat. Gambar yang terpotretpun tidak hanya satu foto perlembar. Dalam foto hasil MRI saya, terdapat puluhan foto dalam 1lembar. Dan hasil scan MRI tersebut terdiri dari beberapa lembar.

Dikarenakan cara kerjanya yang begitu rumit, biaya menjalani MRI lumayan tinggi. Kalau dibayar secara pribadi, pasien harus merogoh kocek sebesar 2.4juta rupiah. Mahalnya ketulungan. Tapi kalau pasien peserta BPJS bisa gratis atau ga bayar. Awalnya memang bayar sendiri, tapi nanti kwitansi pembayarannya bisa di klaim sebagai ganti pembiayaan peserta BPJS.

Untuk mengurus biaya klaim tersebut lumayan ribet. Dalam kasus saya, prosesnya terlalu njelimet. Disuruh bolak-balik nanya ini nanya itu. Disuruh balik hari ini atau balik lagi hari itu. Kepastian untuk mendapatkan biaya klaim susahnya minta ampun. Saat itu saya berpikir kayaknya ini urusan ga ada habisnya. Terus terang aja, saya merasa dipermainkan sama si petugas. Saya dikasih janji-janji manis, namun ternyata janji itu tak lebih dari sekedar janji palsu. Tapi ga masalah, biarin deh. Saya juga ga terlalu ngarep banget, walalupun itu duit jumlahnya lumayan buat bisa beli sepeda statis. Beberapa har kemudian, saya jadi kenal salah satu petugas yang turut berpartisipasi ngerjain saya. Dia nyapa saya melalui salah satu media sosial. Sekarang dia udah jadi teman saya. Kesimpulannya, duit saya hilang, teman barupun datang. Not bad.

Terapi sebelum operasi
Ini dia yang saya maksud bahwa ada proses berbeda dengan proses operasi kebanyakan. Dalam kasus cidera ACL Ligament, setiap pasien diharuskan mesti mempersiapkan fisik terlebih dahulu. Terutama pada daerah lutut yang cidera. Kata dokter, terapi sebelum operasi bertujuan untuk mengokohkan bagian yang akan dioperasi sebab sangat berpengaruh pada saat dioperasi dan saat proses penyembuhan.

Terapi dapat dilakukan dengan dua cara saja, berenang dan bersepeda. Pasien dibolehkan untuk memilih salah satu alternative yang ditawarkan, atau menjalani dua-duanya lebih baik. Untuk waktu terapi, dianjurkan bagi pasien untuk dapat melakukan secara rutin. Tapi ga harus etiap hari lho. Mungkin kalau berenang bisa 3 minggu sekali. Saya lakukan itu secara rutin selama tiga bulan sebelum operasi. Sebenarnya capek juga berenang terus, tapi yam au gimana.

Tapi bagi pasien yang memilih untuk bersepeda juga dapat dilakukan secara rutin. Dulu saya maunya juga bersepeda saja, tapi karena dirumah ga ada sepeda, saya berenang aja. Saya bahkan sempat mau beli sepeda Polygon. Udah nanya-nanya harga juga, udah minta tolong teman nyariin juga tapi akhirnya ga jadi sampai sekarang. Rupanya, bersepeda yang dimaksud itu adalah bersepeda dengan menggunakan sepeda statis, itu lho sepeda yang kayak di tempat fitnes. Jadi kalau terfikir mau beli sepeda, belinya sepeda statis aja. Sepeda statis akan sangat terpake dan bermanfaat pada saat proses penyembuhan pasca operasi, bersambung.. (..) klik disini